Kretek (SailNews)- Salah satu adab baik yang harus dimiliki siswa adalah patuh dan hormat pada guru, namun belum semua siswa melakukannya. Salah satu cara untuk memberi contoh kepada siswa mengenai bagaimana adab yang baik adalah memberi bacaan terkait adab siswa kepada guru. Buku Lora Badrun dan Kang Didin merupakan salah satu buku yang berisi mengenai hal tersebut. Oleh karenanya, SMA 1 Kretek mengundang penulis buku Lora Badrun dan Kang Didin untuk membedah isi buku tersebut pada Selasa, 6 Februari 2024.
Acara bedah buku dilaksanakan di Aula SMA Negeri 1 Kretek mulai pukul 09.00 WIB. Acara diawali dengan registrasi siswa dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Setelah itu, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kretek memberikan sambutan. Dalam sambutannya, kepala sekolah menghimbau agar peserta didik mengikuti acara dengan tertib agar apa yang akan disampaikan penulis dapat diterima dan dilaksanakan siswa dengan baik. Setelah sambutan selesai, acara bedah buku pun dimulai.

Inel Iskandar, penulis buku Lora Badrun dan Kang Didin, mengawali bedah buku dengan perkenalan singkat. Penulis yang mempunyai nama asli Intan Elok Okti merupakan seorang lulusan S2 Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta. Inel juga merupakan seorang santri salah satu pesantren di Madura.
Dalam bedah buku tersebut, Inel bercerita sekilas mengenai kehidupan di pesantren, termasuk beberapa adab yang dilakukan santri kepada kyai dan nyai (sebutan untuk pengasuh dan pengajar di pesantren).
“Saat melihat Kyai atau bu Nyai, kami semua menundukkan kepala jika dalam jarak jauh. Menatap mata guru di pesantren agak kurang sopan ya,” ujar Inel. “Kalau kami kebetulan berpapasan dengan Kyai atau bu Nyai kami, otomatis kami harus mencium tangan beliau dengan badan sedikit membungkuk,” Inel menambahkan.
Inel mengatakan bahwa adab dan budaya yang ada di pesantren tersebut bisa diterapkan di sekolah, utamanya di SMA Negeri 1 Kretek. “Kalian juga bisa berlaku seperti itu. Jika tidak memungkinkan selalu berjabat tangan kepada guru saat berpapasan, setidaknya kalian bisa menyapa guru atau tersenyum, bukan malah pura-pura tidak melihat dan membuang muka,”ujarnya.

Selanjutnya Inel mengaitkan adab tersebut yang juga terdapat dalam buku Lora, Badrun dan Kang Didin. Inel mengatakan bahwa ide menulis buku tersebut memang diawali dari kehidupan nyata di pesantren. Penulis Novel Sekeping Hati yang Runtuh itu juga menambahkan, jika siswa berminat untuk mengetahui kehidupan yang lebih luas di pesantren, dapat membeli buku Lora, Badrun dan Kang Didin saat acara bedah buku selesai dengan harga yang terjangkau. *Fkv
